Detail Artikel

Salatiga Museum: A Small Heaven for Culture and History Enthusiasts (Museum Salatiga: Surga Kecil bagi Pecinta Sejarah dan Budaya)

Jl. Plumpungan, RT.002/RW.001, Kauman Kidul, Kec. Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50712 KAUMAN KIDUL, SIDOREJO.
1 tahun yang lalu

Dipublish pada Tuesday, 21 November 2023

Dipublish oleh Irene Novelin

Budaya

Wisata

img

Deskripsi

Salatiga is known as the second-oldest city in Indonesia, with historical relics preserved until this day. Those cultural heritages are memorialized in the Salatiga Museum and serve as educational materials about the history of Salatiga City.

Since 2018, Museum Salatiga has become a home for the remnants of Salatiga's history, such as Plumpungan Inscription, arca replicas, original arca, and historical literature. The existence of the well-preserved artifacts proves that Salatiga has many unique and interesting stories, and the Salatiga Museum is the best place to store the stories behind those artifacts.

When entering the museum, we will be welcomed by the view of historical items. Simple interior design with white walls evokes a vintage nuance. The room is relatively small, but large enough to save past stories. On the left side, information about Plumpungan Inscription, Salatiga legend stories, and Salatiga's past government is displayed on the wall and tabletop. In the center of the room, there are remnants of ancient temples lined up neatly, and historical books are stored in glass shelves to appreciate their appearance. The replica of the Ganesha arca is standing proud in the middle of the room. The well-organized stones in the room are a form of history of the remaining temple components. It is suspected that there were many temples in Salatiga, but over time, their overall form has changed, leaving only components that were taken for use in the construction of forts.

The icon of this museum is the Plumpungan Inscription. It was discovered in the colonial era and was registered by the Ministry in 1996. The words “Srir Astu Swasti Prajabhyah” are engraved on the top of the stone as a greeting and include the time and date. At the bottom is the content of the inscription as well as symbols inscribed in script. The inscription contains the legal content of a tax-free area called Sima/Perdikan land.

Since its discovery, the Plumpungan inscription has never been moved from its location, facing directly towards Mount Merbabu, and given enough space for people to pray. On the wall facing the inscription, there is a writing board that contains the meaning of the inscription.

Salatiga Museum is the home of education and cultural heritage that holds a wealth of new knowledge to delve deeper into. It is the link between the past and the present, blowing the winds of history to be remembered by the people of Salatiga.


------------------------------------------------------------------------------



Salatiga terkenal sebagai kota tertua kedua di Indonesia dengan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih bertahan hingga saat ini. Warisan budaya tersebut diabadikan di Museum Salatiga dan dijadikan sebagai bahan edukasi tentang seluk-beluk kota Salatiga.

Sejak tahun 2018, Museum Salatiga menjadi rumah bagi sisa-sisa sejarah Salatiga seperti prasasti, arca replika, arca asli, dan buku-buku bersejarah. Eksistensi berbagai artefak yang tersimpan rapi membuktikan bahwa Kota Salatiga mempunyai banyak cerita unik dan menarik di dalamnya, dan Museum Salatiga menjadi wadah terbaik untuk menyimpan kisah dibalik benda-benda tersebut.

Ketika masuk ke dalam Museum, pemandangan barang-barang bersejarah menjadi suguhan untuk mata. Ruang yang sederhana dengan tembok berwarna putih pudar memberikan nuansa vintage. Ruangannya memang kecil, namun cukup besar untuk menampung kisah-kisah masa lalu. Pada sisi kiri, di dinding dan di atas meja terpampang informasi mengenai Prasasti Plumpungan, cerita Legenda Salatiga, serta informasi tentang Pemerintahan Salatiga pada zaman dahulu. Bergeser ke bagian tengah ruangan, pada sisi ini terdapat bebatuan dari sisa-sisa Candi berjejer rapi dengan buku-buku sejarah yang disimpan dalam rak-rak kaca untuk dinikmati tampilannya. Ada pula arca replika dari Ganesha berdiri gagah di tengah ruang. Batu-batu yang tertata di ruangan merupakan suatu bentuk wisata masa lalu dari komponen candi yang tersisa. Diduga ada begitu banyak Candi di Salatiga, namun seiring berjalannya waktu, wujud keseluruhannya semakin berubah menyisakan komponen-komponen karena diambil sebagai keperluan dalam pembentukan benteng.

Ikon yang paling terkenal di museum ini adalah Prasasti Plumpungan, yang ditemukan pada masa Hindia-Belanda dan baru tercatat di Kementrian pada tahun 1996. Tulisan “Srir Astu Swasti Prajabhyah” terukir pada bagian atas batu sebagai salam dan terdapat waktu serta penanggalan. Di bagian bawahnya tercantum isi dari Prasasti serta simbol yang terukir dengan tulisan Sansekerta. Isi Prasasti berisi tentang muatan hukum daerah bebas pajak yang disebut dengan tanah Sima/Perdikan.

Prasasti Plumpungan sejak awal ditemukan tidak pernah dipindahkan dari tempatnya, letaknya menghadap langsung ke arah Gunung Merbabu dan diberikan jarak kosong yang cukup untuk orang-orang berdoa. Di bagian dinding yang berhadapan dengan Prasasti, terdapat sebuah papan tulisan yang berisikan arti dari isi Prasasti tersebut.
Museum Salatiga adalah rumah edukasi sekaligus warisan budaya Salatiga yang menyimpan banyak pengetahuan baru untuk diulik lebih dalam. Tempat ini menjadi penghubung antara masa lalu dan masa sekarang yang menghembuskan angin sejarah untuk dikenang oleh masyarakat Salatiga.

Dapatkan Lokasi